Senin, 28 Mei 2012

Assalamualaikum wr wb...
        Anak-anakku siswa/siswi kelas 8 yang Ibu cintai dan Ibu banggakan,pada kesempatan ini Ibu menghaturkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas sikap dan tutur kata selama ini, yang mungkin kurang berkenan di hati kalian. Ibu merasa sering sekali membuat kalian tegang dan tidak nyaman,selama proses pembelajaran,bahkan mungkin sering membuat kalian jadi tidak enak hati karena sikap Ibu yang terlalu keras,judes,galak dan cerewet. Untuk itu,jangan pernah bosan membukakan pintu maaf yang selebar-lebarnya untuk Ibu. Sebaliknya,apapun sikap kalian terhadap Ibu,Insya Allah pintu maaf selalu terbuka untuk kalian. Ibu menyayangi kalian semua dan berharap kalian berhasil naik ke kelas 9.aamiin
       Pada kesempatan ini pula,Ibu menghimbau pada kalian,agar rajin belajar,jangan patah semangat,raih cita-citamu dengan terus belajar,bekerja keras dan tetap disiplin dalam mematuhi aturan. Ibu yakin kalian bisa,harus bisa dan Insya Allah pasti bisa. Ibu doakan semoga impian dan harapan kalian semua tercapai,semoga pula kalian menjadi anak-anak kebanggaan orang tua,keluarga,Agama,masyarakat,bangsa dan negara.aamiin.
       Menjelang UKK,manfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk belajar,agar mendapat nilai yang maksimal,sehingga kalian bisa naik ke kelas yang lebih tinggi.aamiin. Untuk UKK PKn bahannya,pelajari soal-soal ulangan harian,soal-soal lks dan soal-soal paket.
       Demikian himbauan Ibu,semoga ada manfaatnya. Bagi yang merasa nilainya belum memenuhi syarat,segera minta perbaikan. Jangan lupa pula,bagi yang ikut karyawisata ke Jogja,agar mempersiapkan tema tugasnya. Selamat belajar..ayo semangat,kalian yakin bisa. Terima kasih. Salam...      
                                         

Doaku...

Ya Allah Ya Rabb ku... Anugerahkan padaku, hati yg tak pernah membenci, sentuhan yg tak pernah menyakiti, jiwa yg tak pernah gelisah, tangan yg tak pernah henti berbagi, senyuman yg tak pernah pudar, kasih sayang yg tak pernah pamrih, cinta tulus yg tak pernah berakhir....

Jumat, 25 Mei 2012

Aspek pendidikan adalah aspek terpenting dalam membentuk karakter bangsa. Dengan mengukur kualitas pendidikan, maka kita dapat melihat potret bangsa yang sebenarnya, karena aspek pendidikanlah yang menentukan masa depan seseorang, apakah dia dapat memberikan suatu yang membanggakan bagi bangsa dan dapat mengembalikan jati diri bangsa atau sebaliknya. Pendidikan seperti apa yang diberikan agar anak didik memiliki karakter bangsa dan mampu mengembalikan jati diri bangsa dan mampu membentuk elemen-elemen dalam core values? Apakah masalah yang terdapat dalam otoritas pelaksana pendidikan di bangsa ini? Setidaknya ada empat faktor utama yang harus diperhatikan: faktor kurikulum, dana yang tersedia untuk pendidikan, faktor kelaikan tenaga pendidik, dan faktor lingkungan yang mendukung bagi penyelenggaraan pendidikan. Keempat faktor ini terkait satu sama lain untuk dapat menghasilkan SDM dengan karakter nasional yang mampu bersaing di era global, yang akhirnya dapat mengembalikan jati diri bangsa.

Pada masalah aspek otoritas pendidikan, anak didik sebetulnya hanya ditekankan pada sapek kognitif saja. Akibatnya adalah anak didik yang diberi materi pelajaran hanya sekedar ‘tahu’ dan ‘mengenal’ dengan apa yang didapatkannya, tanpa memahami apa yang mereka pelajari apalagi menerapkannya pada kehidupan sehari-hari. Padahal aspek yang lainnya, seperti afektif dan psikomotorik adalah hal penting yang harus didik. Karena institusi pendidikan seharusnya dapat membuat anak didik menerapkan apa yang diajari, karena sesungguhnya itulah kegunaan dari ilmu pengetahuan. Apakah anak didik di bangsa ini hanya akan menjadi ‘manusia robot’ yang tidak memiliki rasa toleransi dan apatis pada kehidupan sosialnya? Lalu bagaimana generasi seperti ini dapat mengembalikan jati diri bangsa?

Kita tidak tahu standar apa yang dipakai dalam otoritas pendidikan di negara ini, yang akhirnya anak didik yang dihasilkan dari institusi pendidikan di negara ini tidak banyak yang mampu untuk menerapkan ilmu dan pengetahuan yang mereka dapatkan di tempat pendidikannya, apalagi untuk mengajarkannya pada orang lain. Penanaman karakter anak didik dengan mengabaikan aspek afektif dan psikomotorik tidak akan berhasil menghasilkan generasi penerus yang memberikan dampak positif bagi bangsa.

Mungkin memang nilai di atas kertas raport dan IPK terlihat bagus dan memuaskan, akan tetapi ketika anak didik tidak mampu menerapkan ilmu yang mereka dapatkan apa gunanya ilmu yang mereka punya? Otoritas pendidikan harus menerapkan aspek-aspek pendidikan yang ditetapkan oleh lembaga pendidikan PBB, UNESCO, yaitu belajar untuk tahu (learn to know), belajar untuk berbuat (learn to do), belajar untuk menjadi diri sendiri (learn to be her/himself), belajar untuk hidup bersama (learn to live together). Ketika semua aspek itu dapat dijalankan maka bangsa ini akan memiliki generasi yang dapat dibanggakan, bagi bangsa maupun bagi seluruh dunia. Pendidikan bukan hanya transfer ilmu tanpa aktualisasi ilmu, akan tetapi pembentukan karakter diri dan bangsa dengan ilmu yang didapat, hingga akhirnya mereka para generasi muda dapat mengembalikan jati diri bangsa dengan ilmu yang mereka punya.

Banyaknya faktor atau media yang mempengaruhi pembentukan karakter ini menyebabkan pendidikan untuk pengembangan karakter bukan sebuah usaha yang mudah. Secara normatif, pembentukan atau pengembangan karakter yang baik memerlukan kualitas lingkungan yang baik juga. Dari sekian banyak Faktor atau media yang berperan dalam pembentukan karakter, dalam risalah ini akan dilihat peran tiga media yang saya yakini sangat besar pengaruhnya yaitu: keluarga, media masa, lingkungan sosial, dan pendidikan formal.

Keluarga adalah komunitas pertama di mana manusia, sejak usia dini, belajar konsep baik dan buruk, pantas dan tidak pantas, benar dan salah. Dengan kata lain, di keluargalah seseorang, sejak dia sadar lingkungan, belajar tata-nilai atau moral. Karena tata-nilai yang diyakini seseorang akan tercermin dalam karakternya, maka di keluargalah proses pendidikan karakter berawal. Pendidikan di keluarga ini akan menentukan seberapa jauh seorang anak dalam prosesnya menjadi orang yang lebih dewasa, memiliki komitmen terhadap nilai moral tertentu seperti kejujuran, kedermawanan, kesedehanaan, dan menentukan bagaimana dia melihat dunia sekitarnya, seperti memandang orang lain yang tidak sama dengan dia –berbeda status sosial, berbeda suku, berbeda agama, berbeda ras, berbeda latar belakang budaya. Di keluarga juga seseorang mengembangkan konsep awal mengenai keberhasilan dalam hidup ini atau pandangan mengenai apa yang dimaksud dengan hidup yang berhasil, dan wawasan mengenai masa depan.

Dari sudut pandang pentingnya keluarga sebagai basis pendidikan karakter, maka tidak salah kalau krisis karakter yang terjadi di Indonesia sekarang ini bisa dilihat sebagai salah satu cerminan gagalnya pendidikan di keluarga. Korupsi misalnya, bisa dilihat sebagai kegagalan pendidikan untuk menanamkan dan menguatkan nilai kejujuran dalam keluarga. Orang tua yang membangun kehidupannya di atas tindakan yang korup, akan sangat sulit menanamkan nilai kejujuran pada anak-anaknya. Mereka mungkin tidak menyuruh anaknya agar menjadi orang yang tidak jujur, namun mereka cenderung tidak akan melihat sikap dan perilaku jujur dalam kehidupan sebagai salah satu nilai yang sangat penting yang harus dipertahankan mati-matian. Ini mungkin bisa dijadikan satu penjelasan mengapa korupsi di Indonesia mengalami alih generasi. Ada pewarisan sikap permisif terhadap korupsi dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Media masa. Dalam era kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi sekarang ini, salah satu faktor yang berpengaruh sangat besar dalam pembangunan atau sebaliknya juga perusakan karakter masyarakat atau bangsa adalah media massa, khususnya media elektronik, dengan pelaku utamanya adalah televisi. Sebenarnya besarnya peran media, khususnya media cetak dan radio, dalam pembangunan karakter bangsa telah dibuktikan secara nyata oleh para pejuang kemerdekaan. Bung Karno, Bung Hattta, Ki Hajar Dewantoro, melakukan pendidikan bangsa untuk menguatkan karakter bangsa melalui tulisan-tulisan di surat kabar waktu itu. Bung Karno dan Bung Tomo mengobarkan semangat perjuangan, keberanian dan persatuan melalui radio. Mereka, dalam keterbatasannya, memanfaatkan secara cerdas dan arif teknologi yang ada pada saat itu untuk membangun karakter bangsa, terutama sekali: kepercayaan diri bangsa, keberanian, kesediaaan berkorban, dan rasa persatuan. Sayangnya kecerdasan dan kearifan yang telah ditunjukkan generasi pejuang kemerdekaan dalam memanfaatkan media massa untuk kepentingan bangsa makin sulit kita temukan sekarang. Media massa sekarang memakai teknologi yang makin lama makin canggih. Namun tanpa kecerdasan dan kearifan, media massa yang didukung teknologi canggih tersebut justru akan melemahkan atau merusak karakter bangsa. Saya tidak ragu mengatakan, media elektronik di Indonesia , khususnya televisi, sekarang ini kontribusinya ’nihil’ dalam pembangunan karakter bangsa. Saya tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa tidak ada program televisi yang baik. Namun sebagian besar program televisi justru lebih menonjolkan karakter buruk daripada karakter baik. Sering kali pengaruh lingkungan keluarga yang baik justru dirusak oleh siaran media televisi. Di keluarga, anak-anak dididik untuk menghindari kekerasan, namun acara TV justru penuh dengan adegan kekerasan. Di rumah, anak-anak dididik untuk hidup sederhana, namun acara sinetron di tevisi Indonesia justru memamerkan kemewahan. Di rumah anak-anak dididik untuk hidup jujur, namun tayangan di televisi Indonesia justru secara tidak langsung menunjukkan ’kepahlawanan’ tokoh-tokoh yang justru di mata publik di anggap ’kaisar’ atau ’pangeran-pangeran’ koruptor. Para guru agama mengajarkan bahwa membicarakan keburukan orang lain dan bergosip itu tidak baik, namun acara televisi, khususnya infotainment, penuh dengan gosip. Bapak dan ibu guru di sekolah mendidik para murid untuk berperilaku santun, namun suasana sekolah di sinetron Indonesia banyak menonjolkan perilaku yang justru tidak santun dan melecehkan guru. Secara umum, banyak tayangan di televisi Indonesia, justru ’membongkar’ anjuran berperilaku baik yang ditanamkan di di rumah oleh orang tua dan oleh para guru di sekolah.

Pendidikan formal. Pendidikan formal, sekolah-sekolah dan perguruan tinggi, diharapkan berperan besar dalam pembangunan karakter. Lembaga-lembaga pendidikan formal diharapkan dapat mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun demikian pengalaman Indonesia selama empat dekade terakhir ini menunjukkan bahwa sekolah-sekolah dan perguruan tinggi dengan cara-cara pendidikan yang dilakukannya sekarang belum banyak berkontribusi dalam hal ini. Di atas telah diuraikan, kecenderungan lembaga pendidikan formal yang merosot hanya menjadi lembaga-lembaga pelatihan adalah salah satu sumber penyebabnya. Pelatihan memusatkan perhatian pada pengembangan keterampilan dan pengalihan pengetahuan. Sedangkan pendidikan mencakup bahkan mengutamakan pengembangan jati diri atau karakter, tidak terbatas hanya pada pengalihan pengetahuan atau mengajarkan keterampilan. Harus diakui bahwa pendidikan formal di sekolah-sekolah di Indonesia, dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi, secara umum menghabiskan bagian terbesar waktunya untuk melakukan pelatihan daripada pendidikan. Kegiatan pendidikan telah teredusir menjadi kegiatan ’mengisi’ otak para siswa sebanyak-banyaknya, dan kurang perhatian pada perkembangan ’hati’ mereka. Keberhasilan seorang guru diukur dari kecepatannya ’mengisi’ otak para siswanya. Sekolah menjadi ’pabrik’ untuk menghasilkan orang-orang yang terlatih, namun belum tentu terdidik.

Namun demikian, ini tidak berarti bahwa secara praktek pendidikan sama sekali terpisah dari pelatihan. Dalam pendidikan dikembangkan juga berbagai keterampilan. Namun pengembangan keterampilan saja tidak dengan sendirinya berarti pendidikan, walaupun hal itu dilakukan pada lembaga yang secara resmi diberi nama lembaga pendidikan, seperti universitas, institut teknologi, dan yang lainnya.

Di pihak lain, seorang pelatih yang bermutu dapat dengan cerdas memakai kegiatan pelatihan menjadi kendaraan efektif untuk pendidikan. Pelatih sepak bola dapat memakai kegiatan pelatihan untuk menumbuhkan dan menguatkan sikap sportif, gigih, kerjasama tim, kesediaan berbagi, berlapang dada dalam kekalahan, dan rendah hati dalam kemenangan. Masalah kita sekarang, tanpa disadari sudah terjadi degradasi proses-proses dan program-program yang dimaksudkan untuk pendidikan menjadi proses dan program pelatihan. Di pihak lain belum nampak tanda-tanda kegiatan pelatihan dimanfaatkan secara optimal sebagai wahana untuk pendidikan.

Kamis, 24 Mei 2012

Kisi-kisi Ulangan Kenaikan Kelas Pkn VIII Bab Demokrasi dan Kedaulatan

  1. Menyimpulkan pengertian Demokrasi
  2. Menguraikan sejarah perkembangan Demokrasi
  3. Mengidentifikasi prinsip-prinsip Pemerintahan Demokrasi
  4. Menjelaskan macam-macam Demokrasi
  5. Menjelaskan landasan pelaksanaan Demokrasi di Indonesia
  6. Menjelaskan pentingnya Demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara
  7. Menunjukkan kebaikan budaya Demokrasi di banding dengan Sistem Pemerintahan Non Demokrasi
  8. Memberikan contoh Masyarakat yang demokratis
  9. Memberikan contoh praktik-praktik demokrasi dalam kehidupan keluarga,sekolah,bangsa dan negara
  10. Menjelaskan pengertian Kedaulatan
  11. Menjelaskan pengertian Kedaulatan Rakyat
  12. Menjelaskan pengertian Kedaulatan ke dalam dan ke luar
  13. Menjelaskan teori-teori Kedaulatan
  14. Menjelaskan Kedaulatan yang di anut oleh bangsa Indonesia dan peraturannya
  15. Menjelaskan pengertian Sistem Pemerintahan
  16. Menjelaskan Sistem Pemerintahan Presidensil dan Sistem Parlementer
  17. Menjelaskan Sistem Pemerintahan RI menurut UUD 1945
  18. Menjelaskan pembagian kekuasaan menurut Montesque
  19. Menjelaskan tugas Lembaga-lembaga Pelaksana Kedaulatan Rakyat
  20. Memberikan contoh sikap positif dalam pelaksanaan Kedaulatan Rakyat di lingkungan masyarakat dan sekolah
  21. Menjelaskan pengertian Demokrasi Pancasila
  22. Menjelaskan ciri Demokrasi Pancasila
  23. Memberikan contoh praktik-praktik Demokrasi dalam kehidupan keluarga,sekolah,masyarakat,bangsa dan negara
  24. Menjelaskan pengertian Kedaulatan ke dalam dan ke luar
  25. Menyebutkan Lembaga Pelaksana Kedaulatan

Sejarah singkat Monumen Jogja Kembali


Monumen Yogya Kembali dibangun pada tanggal 29 Juni 1985, dengan Upacara Tradisional penanaman kepala kerbau dan peletakan batu pertama oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII.
Dipilihnya nama “Yogya Kembali” dengan pengertian yang luas, berfungsinya pemerintah Republik Indonesia dan sebagai tetenger peristiwa sejarah ditarik mundurnya tentara Belpengguna dari Ibukota Yogyakarta pada tanggal 29 Juni 1949 dan kembalinya Presiden Soekarno, Wakil Presiden, Pimpinan Negara yang lain pada tanggal 6 Juli 1949 di Yogyakarta. Hal ini dapat dippenggunang sebagai titik awal bangsa Indonesia secara nyata bebas dari cengkeraman penjajah khususnya Belpengguna dan merupakan tonggak sejarah yang menentukan bagi kelangsungan hidup Negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat.
Dilihat dari bentuknya Monumen Yogya Kembali berbentuk kerucut / gunungan dengan ketinggian 31,80 meter adalah sebagai gambaran “Gunung Kecil” ditempatkan di sebuah lereng Gunung Merapi. Gunung Merapi ini sangat berarti bagi masyarakat Yogyakarta baik secara simbolik maupun faktual. Muntahan lava Gunung Merapi memberikan kesuburan bagi daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya, sementara itu konturnya di langit selalu menghias cakrawala Yogyakarta dimanapun orang berada, dari gunung Merapi pula sungai Winongo dan Code yang mengalir melalui kota Yogyakarta.
Secara simbolik bersama laut selatan (Istana Ratu Kidul) yang berfungsi sebagai “Yoni” dan gunung Merapi sebagai “Lingga” merupakan suatu kepercayaan yang sangat tua dan berlaku sepanjang masa. Bahkan sementara orang menyebut Monumen Yogya Kembali sebagai tumpeng raksasa bertutup warna putih mengkilat, dalam tradisi Jawa tumpeng seolah-olah sebagai bentuk gunung yang dapat dihubungkan dengan kakayon atau gunungan dalam wayang kulit, yang melambangkan kebahagiaan / kekayaan kesucian dan sebagai penutup setiap episode perjuangan bangsa.
Monumen Yogya Kembali terletak di Jalan Lingkar Utara, dusun Jongkang, desa Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, kabupaten Sleman, Yogyakarta. Didirikan di atas lahan seluas 49.920 m2. lokasi ini ditetapkan oleh Sri Paduka Hamengku Buwono IX dengan alternative diantaranya terletak digaris poros antara gunung Merapi - Monumen Yogya Kembali - Tugu Pal Putih - Kraton - Panggung Krapyak - Laut Selatan, yang merupakan “Sumbu Imajiner” yang pada kenyataannya sampai sekarang masih dihormati oleh masyarakat Yogyakarta, dan menurut kepercayaan bersatunya Lingga dan Yoni akan menimbulkan kemakmuran di tempat ini sebagai batas akhir ditariknya mundur tentara Belpengguna kearah utara, usaha kesinambungan tata kota kegiatan dan keserasian Daerah Yogyakarta.
  1. Taman Dan Sekitarnya
Bila pengunjung masuk Monumen Jogja Kembali melalui Pintu Timur dapat diamati koleksi antara lain :
  • § Replika Pesawat Cureng , Pesawat ini sumbangan dari KSAU Marsekal Madya Rilo Pambudi, tanggal 29 juni 1994.
  • § Meriam PSU - S60 kaliber 57 mm dan Meriam PSU Bofors L - 60 kaliber 40 mm. Meriam ini sumbangan dari Kasad, diambil dari Gudbalkir, Guspusgat dan optic Sidoarjo, Jawa Timur tanggal 28 April 1996.
  • § Replika Pesawat Guntai. Pesawat ini sumbangan dari KSAU Marsekal pertama Sutria Tubagus pada tanggal 29 juli 1996.
  • § Meriam PSU - S60 kal. 57 mm dan PSU Bofors L-60 kal. 40 mm.
  • § Logo/lambang.
  • § Daftar nama - nama Pahlawan.
  1. Koleksi Hall Lantai Satu
Lantai pertama terdiri dari :
  1. ?
    • Ruang Pengelola atau Ruang Bagian Umum
    • Ruang Perpustakaan 
    • Ruang Serbaguna
    • Ruang Bagian Operasional
    • Ruang Souvenir
Hall lantai 1 ini dipamerkan koleksi antara lain :
  • § Patung Dada Panglima Besar Jenderal Sudirman dan Letnan Jenderal Oerip Soemoharjo.
  • § Panil foto pelaksanaan Pembangunan Monumen Jogja Kembali.
  • § Patung foto Imam Bonjol ( 1722 - 1864 ).
  • § Meriam Jugo M - 48.
  • § Dokar Tentara Pelajar.
  • § Patung Nyi Ageng Serang.
  • § Meriam PSU akan Bofors.
  • § Patung Teungku Umar ( 1854 - 1899 ).
  • § Patung Tjut Nya dien ( 1850 - 1908 ).
  • § Meriam PSU Ourlikon Kal. 20 mm.
  • § Meriam Jugo M-48 kal. 76 mm.
  • § Panil Dinding foto kegiatan Tentara Pelajar.
  • § Dinding Ruang Serbaguna.
  1. Koleksi Museum
Ruang museum yang merupakan ruang pamer tetap dengan tema               ” Seputar Pelaksanaan Serangan Umum 1 Maret 1949 “.
  • § Evokatif Dapur Umum
  • § Evokatif Palang Merah Indonesia
  • § Peta Timbul Route Konsolidasi Kompenggunan WK III
  • § Peta Timbul Pembagian Wilayah Wehrkreis III
  • § Alat Cetak Proef
  • § Unit Caraka
  • § Seperangkat Meja Kursi Tamu
  • § Peta Timbul Serangan Umum 1 Maret 1949
  • § Potret Diri Para Kompenggunan Sub Wehrkreis III
  • § Seperangkat Meja Kursi
  • § Vitrin Sudut
  • § Dinding Ruang Museum Sebelah Utara
  • § Meja Kerja Sri Sultan Hamengkubuwono IX
  • § Meja Kerja Sri Paduka Paku Alam VIII
  • § Bagan Susunan Pemerintahan
Ruang museum yang merupakan ruang pamer tetap dengan tema ” Yogya Sebagai Ibukota Negara republik Indonesia “.
  • § Patung Dada Ir. Soekarno
  • § Patung Dada drs. Moh. Hatta
  • § Teks Proklamasi
  • § Foto Dokumen kegiatan Presiden dan Wakil Presiden di Yogyakarta
  • § Tempat Tidur Presiden Soekarno
  • § Foto Dokumen kegiatan Presiden Bersama keluarga dan Wakil Presiden di Yogyakarta
  • § Patung Dada Ki Hadjar Diwantara
  • § Patung Dada Kyai Haji Mas Mansyur
  • § Peta Timbul Wilayah RIS
  • § Meja dan Kursi Tamu Wakil Presiden Moh. Hatta
  • § Potret Diri Tokoh Pimpinan Republik Indonesia
  • § Kursi Kerja Komite Nasional Indonesia daerah
  • § Foto Dokumen Kegiatan KNID dan KNIP
  1. Koleksi Relief Dan Diorama
 Koleksi Relief :
  • § Relief 01, Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945 di Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta
  • § Relief 02, Gema Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Yogyakarta 05 September 1945
  • § Relief 03, Petrempuran Kota Baru, 07 Oktober 1945 di Butai Kotabaru Yogyakarta
  • § Relief 04, Kongres Pemuda di Balai Mataram Yogyakarta, 10 November 1945
  • § Relief 05, Pemilihan Panglima Besar TKR di Yogyakarta, 12 November 1945
  • § Relief 06, Serangan Udara Sekutu di Kota Yogyakarta, 27 November 1945
  • § Relief 07, Yogyakarta Menjadi Ibukota Republik Indonesia, 04 Januari 1946
  • § Relief 08, berdirinya Balai Perguruan Tinggi Gajah Mada di Yogyakarta, 03 maret 1946
  • § Relief 09, Pengawalan dan Pengangkutan Tawanan Jepang di Yogyakarta, 28 April 1946
  • § Relief 10, Peringatan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Yang Pertama di Yogyakarta, 17 Agustus 1946
  • § Relief 11, Hari Ulang Tahun Pertama Angkatan Perang REpublik Indonesia di Yogyakarta, 05 Oktober 1946
  • § Relief 12, Peringatan 6 Bulan Berdirinya Militer Akademi di Yogyakarta, 06 Oktober 1946
  • § Relief 13, Perjanjian Linggar Jati, 15 November 1947
  • § Relief 14, Pelantikan Pucuk Pimpinan TNI, 28 juni 1947
  • § Relief 15, Persiapan Serangan Balas Angkatan Udara Republic Indonesia, 29 Juli 1947
  • § Relief 16, Kapal Selam yang Petama di Indonesia, Juli 1947
  • § Relief 17, Notulen Kaliurang, 13 Januari 1948
  • § Relief 18, Penpenggunatanganan Perjanjian Renvile, 17 Januari 1948
  • § Relief 19, Pasukan Hijrah Tiba di Yogyakarta, Februari 1948
  • § Relief 20, Bantuan Obat-obatan dari Mesir, 05 Maret 1948
  • § Relief 21, Pemberantasan Buta Huruf di Yogyakarta, April 1948
  • § Relief 22, Penumpasan Pemberontakan PKI Madiun, Tanggal 18 s/d 30 September 1948
  • § Relief 23, Panglima Besar Jendral Soederman Menyusun Surat Perintah Kilat, 19 Desember 1948
  • § Relief 24, Perlawana TNI dan Polisi Negara di Desa Janti, Yogyakarta, 19 Desember 1948
  • § Relief 25, Serangan Balas Terhadap Kedudukan Tentara Belpengguna di Kota Yogyakarta, 29 Desember 1948
  • § Relief 26, Markas Besar Komando Jawa di Desa Boro, Kabupaten Kulon Progo, Januari 1949
  • § Relief 27, penghancuran Jembatan kalipentung, Februari 1949
  • § Relief 28,29,30,31, Serangan Umum 01 Maret 1949 di Yogyakarta
  • § Relief 32, Jendral mayor Meiyer Mengancam Sri Sultan Hamengkubuwono IX, 03 Maret 1949
  • § Relief 33, Penghadangan Konvoi Tentara Belpengguna di Desa serut, Prambanan, 15 Maret 1949
  • § Relief 34, Penarikan Mundur Tentara Belpengguna dari Kota Yogyakata, 29 Juni 1949
  • § Relief 35,36, TNI, Polisi, Gerilyawan Masuk Kota Yogyakarta, 29 Juni 1949
  • § Relief 37, Pimpinan Negara Kembali ke Ibu Kota Yogyakarta, 06 Juli 1949.
  • § Relief 38, Panglima Besar Soederman tiba di Yogyakarta, 10 Juli 1949
  • § Relief 39, Konferensi Inter Indonesia di Yogyakarta, 19 Juli 1949
  • § Relief 40, Presiden Soekarno Kembali ke Jakarta, 28 Desember 1949.
Koleksi Diorama :
  • § Diorama 1, Penyerbuan Rakyat Belpengguna Terhadap Lapangan Terbang Maguwo, 19 Desember 1948
  • § Diorama 2, Panglima Besar Soederman Melapor Kepada Presiden RI untuk Memimpin Perang Gerilya, 19 Desember 1948
  • § Diorama 3, Presiden dan Wakil Presiden dan Para Pimpinan lainnya Diasingkan ke Sumatera, 22 Desember 1948
  • § Diorama 4, Perlawanan Rakyat bersama Tentara Nasional Indonesia Terhadap Belpengguna, 23 Desember 1948
  • § Diorama 5, Konsolidasi dan Pembentukan sector Pertahanan di Ngoto, 23 dan 26 Desember 1948
  • § Diorama 6, Serangan Umum 1 Maret 1949
  • § Diorama 7, Penpenggunatanganan Roem-Roijen Statement, 29 Juni 1949
  • § Diorama 8, Penarikan Tentara Belpengguna dari Yogyakarta, 17 Agustus 1949.
5. Garbha Graha    
  • § Unit Bendera Pusaka
  • § Unit Relief Simbolik
  • § Unit Kata Mutiara ( Pesan Pelaku Pejuang )